Cerita ini bermula ketika aku berumur 32 tahun, aku waktu itu sudah
bekerja sebagai kepala bagian di sebuah perusahaan BUMN, penghasilanku
lebih dari cukup. Apapun bisa kupenuhi, hanya satu yang belum dapat
kuraih, yaitu kebahagiaan keluarga, atau dengan kata lain punya istri
dan punya anak. Aku hidup sebagai bujangan, kadang untuk memenuhi hasrat
biologisku, aku mencarter wanita malam yang kesepian.
Ketika itu aku masih kost di kota A, kota yang indah dan tidak terlalu
ramai, sebab di kota A itulah aku bekerja. Aku kost di rumah seorang ibu
muda dengan satu anak gadisnya. Sebut saja ibu muda itu adalah Tante
Linda, dan anak gadisnya yang masih 12 tahun usianya dan duduk di bangku
SMP kelas 1, namanya Lia. Suami Tante Linda, sebut saja Oom Joko
bekerja di ibukota, di suatu instansi pemerintah, dan mempunyai jabatan
strategis. Setiap 2 minggu sekali, Oom Joko pulang ke kota A, aku
sendiri cukup akrab dengan Oom Joko, umurku dengannya tidak terlalu
terpaut jauh. Oom Joko aku taksir baru berumur sekitar 35 tahun,
sedangkan Tante Linda justru lebih tua sedikit, 37 tahun. Aku menyebut
mereka Oom dan Tante, sebab walaupun beda umur antara aku dan mereka
sedikit, tetapi mereka sudah berkeluaga dan sudah punya seorang anak
gadis.
Tante Linda merupakan seorang sekretaris di sebuah perusahaan otomotif
di kota B yang jaraknya tidak begitu jauh dari kota A. Tante Linda
berangkat pagi dan pulang malam, begitu seterusnya setiap harinya,
sehingga aku kurang begitu dekat dengan Tante Linda. Justru kepada anak
gadisnya yang masih SMP yang bernama Lia, aku merasa dekat. Sebab pada
hari-hari kosongku, Lia lah yang menemaniku.
Selama tinggal serumah dengan Tante Linda dan anak gadisnya, yaitu Lia,
aku tidak pernah berpikiran buruk, misalnya ingin menyetubuhi Tante
Linda atau yang lainnya. Aku menganggapnya sudah seperti kakak sendiri.
Dan kepada Lia, aku juga sudah menganggapnya sebagai keponakanku sendiri
pula. Sampai akhirnya ketika suatu hari, hujan gerimis rintik-rintik,
pekerjaan kantor telah selesai aku kerjakan, dan saat itu hari masih
agak siang. Aku malas sekali ingin pulang, lalu aku berpikir berbuat apa
di hari seperti ini sendirian. Akhirnya aku putuskan meminjam kaset VCD
Blue Film yang berjudul Tarzan X ke rekan kerjaku. Kebetulan dia selalu
membawanya, aku pinjam ke dia, lalu aku cepat-cepat pulang. Keadaan
rumah masih sangat sepi, sebab Lia masih sekolah, dan Tante Linda
bekerja. Karena aku kost sudah cukup lama, maka aku dipercaya oleh Oom
Joko dan Tante Linda untuk membuat kunci duplikat. Jika sewaktu-waktu
ada perlu di rumah, jadi tidak harus repot menunggu Lia pulang ataupun
Tante Linda pulang.
Aku sebetulnya ingin menyaksikan film tersebut di kamar, entah karena
masih sepi, maka aku menyaksikannya di ruang keluarga yang kebetulan
tempatnya di lantai atas. Ah.. lama juga aku tidak menyaksikan film
seperti ini, dan memang lama juga aku tidak ML (making love) dengan
wanita malam yang biasa kupakai akibat stres karena kerjaan yang tidak
ada habis-habisnya.
Aku mulai memutar film tersebut, dengan ukuran TV Sony Kirara Baso,
seakan aku menyaksikan film bioskop, adegan demi adegan syur membuatku
mulai bernafsu dan membuat batang kemaluanku berontak dari dalam
celanaku. Aku kasihan pada adik kecilku itu, maka kulepaskan saja
celanaku, kulepaskan juga bajuku, sehingga aku hanya menggunakan kaos
singlet ketat saja. Celana panjang dan celana dalamku sudah kulepaskan,
maka mulai berdiri dengan kencang dan kokohnya batang kemaluanku yang
hitam, panjang, besar dan berdenyut-denyut. Aku menikmatinya sesaat,
sampai akhirnya kupegangi sendiri batang kemaluanku itu dengan tangan
kananku. Mataku tetap konsentrasi kepada layar TV, melihat adegan-adegan
yang sudah sedemikian panasnya. Tarzan yang bodoh itu sedang diajari
oleh wanitanya untuk memasukkan batang kemaluannya itu ke lubang
kemaluan si wanita.
Batang kemaluan yang dari tadi kupegangi, kini telah kukocok-kocok,
lambat dan cepat silih berganti gerakanku dalam mengocok. Setelah sekian
lama, aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan cairan mani yang ingin
keluar.
Lalu, "Ahh... crrrottt.. cccroottt...," aku sudah menyiapkan handuk
kecil untuk menampung cairan mani yang keluar dari lubang kencing
kemaluanku. Sehingga cairan itu tidak muncrat kemana-mana.
Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata melihat ke arahku
dengan tidak berkedip, sepasang mata itu rupanya melihat semua yang
kulakukan tadi. Aku baru saja membersihkan batang kemaluanku dengan
handuk, lalu sepasang mata itu keluar dari persembunyiannya, sambil
berkata kecil.
"Oom Agus, lagi ngapain sih, kok main-main titit begitu, emang kenapa sih?" kata suara kecil mungil yang biasa kudengar.
Bagaikan disambar geledek di siang hari, aku kaget, ternyata Lia sudah
ada di belakangku. Aku gugup akan bilang apa, kupikir anak ini pasti
sudah melihat apa yang kulakukan dari tadi.
"Eh, Llliiiiaaa.. baru pulang?" sahutku sekenanya.
"Iya nih Oom, ngga ada pelajaran." tukas Lia, lalu Lia melanjutkan
perkataannya, "Oom Agus, Lia tadi kan nanya, Oom lagi ngapain sih, kok
mainin titit gitu?"
"Oohh ini..," aku sudah sedikit bisa mengontrol diri, "Ini.. Oom habis melakukan olahraga , Lia."
"Ooohh.. habis olahraga yaaa..?" Lia sedikit heran.
"Iya kok.. olahraga Oom, ya begini, sama juga dengan olahraga papanya Lia." jawabku ingin meyakinkan Lia.
"Kalo olahraga Lia di sekolah pasti sama pak guru Lia disuruh lari." Lia menimpali.
"Itu karena Lia kan masih sekolah, jadi olahraganya harus sesuai dengan petunjuk pak guru." jawabku lagi.
"Oom, Lia pernah lihat papa juga mainin titit persis seperti yang Oom
Agus lakukan tadi, cuma bedanya papa mainin tititnya sama mama." Lia
dengan polosnya mengatakan hal itu.
"Eh, Lia pernah lihat papa dan mama olahraga begituan?" aku balik bertanya karena penasaran.
"Sering lihat Oom, kalo papa pulang, kalo malem pasti melakukannya sama
mama." ujar Lia masih dengan polosnya menerangkan apa yang sering
dilihatnya.
"Seperti ini yaa..?" sambil aku menunjuk ke cover gambar film Tarzan X,
gambar Tarzan dengan memasukkan batang kemaluannya ke lubang kelamin
wanitanya.
"Iya Oom, seperti apa yang di film itu lho!" jawab Lia, "Eh.. Oom, bagus
lho filmnya, boleh ngga nih Lia nonton, mumpung ngga ada mama?"
"Boleh kok, cuma dengan syarat, Lia tidak boleh mengatakan hal ini sama
papa dan mama, oke?" aku memberi syarat dengan perasaan kuatir jika
sampai Lia cerita pada mama dan papanya.
"Ntar Oom beliin coklat yang banyak deh." janjiku.
"Beres Oom, Lia ngga bakalan cerita ke mama dan papa." dengan santai Lia
menjawab perkataanku, rupanya Lia langsung duduk di sofa menghadap ke
TV.
Kuputar ulang lagi film Tarzan X tersebut, dan Lia menontonnya dengan
sepenuh hati, adegan demi adegan dilihatnya dengan penuh perhatian. Aku
sendiri termenung menyaksikan bahwa di depanku ada seorang gadis kecil
yang periang dan pintar sedang menonton blue film dengan tenangnya.
Sedangkan aku sendiri masih belum memakai celanaku, ikut melihat lagi
adegan-adegan film Tarzan X itu, membuat batang kemaluanku tegang dan
berdiri kembali, kubiarkan saja. Lama kelamaan, aku tidak melihat ke
arah film Tarzan X itu, pandanganku beralih ke sosok hidup yang sedang
menontonnya, yaitu Lia.
Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah
kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati
rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat
sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku
mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa
kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar.
Tidak terasa, selesailah film tersebut. Suara Lia akhirnya memecahkan
keheningan.
"Oom, tuh tititnya berdiri lagi." kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.
"Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?" jawabku santai.
"Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia
ada beberapa pertanyaan buat Oom nih." Lia sepertinya ingin menanyakan
sesuatu.
"Pertanyaannya apa?" tanyaku.
"Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke... apa tuh, Lia ngga ngerti?" tanya Lia.
"Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut
juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?"
jawabku menerangkan.
"Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama." Lia membenarkan jawabanku.
"Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga
dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa." kataku memberi
penjelasan ke Lia.
"Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?" tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
"Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa." jelasku.
Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.
"Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak." tambahku.
"Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri
mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai
menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis." Lia yang
polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana
rasanya.
"Emang gitu kok. Ee..., mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih
lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja
gimana?" aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia,
pastilah luar biasa.
"Ayolah!" Lia mengiyakan.
Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah
hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku.
Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos
singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang
bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang.
Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia
berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang
kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan
melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang
bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.
Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi
setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan
kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu
seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku
melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip. Pertama
sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru
dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana
dalam saja.
Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua
benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru
tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos
dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang
masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting
susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan
kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka
sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.
Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi
puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar
dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat
kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya.
Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat
bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan
milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang
belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh
melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku
dibuatnya.
"Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom."
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.
"Oke, sekarang dimulai yaaa...?"
Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa. Pertama sekali aku meminta
ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat
ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku
kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan
menyetubuhinya siang ini.
Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra
sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa,
menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.
Setelah puas aku menciuminya, "Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?" tanyaku meminta.
"Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama." kata Lia sedikit protes.
"Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak." kilahku meyakinkan Lia.
"Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja." jawab Lia akhirnya memperbolehkan.
"Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara." jawabku lagi.
Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan
menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai
mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu
tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus
menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik,
sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.
"Oom, kok enak banget nihhh... oohhh... enakkk..." desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali. Setelah sekian
lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu
sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh
kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.
"Lia, kocok dong tititnya Oom Agus." aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.
Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan.
Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru
merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk
menghentikannya. Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua
kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan
kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang
merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di
hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar
kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan
yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika
kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.
Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan
lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek
kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot
klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
"Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn..." pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah
tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya
selama hidup.
"Oommm... ssshhh... Lia mau pipis nich.."
Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
"Tahan dikit Lia... tahan yaaa..." sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.
"Udah ngga tahan nich Oommm... aahhh..."
Tubuh Lia mengejang, tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali,
kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya.
Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang
sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan
cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.
"Oohhh... Oom Agus... Lia merasa lemes dan enak sekali... apa sih yang
barusan Lia alami, Oom...?" tanya Lia antara sadar dan tidak.
"Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?" tanyaku.
"Iya.. iya.. pingin Oom..." jawabnya langsung.
Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung
mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari
dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena
sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi
aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar.
Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.
"Lia... tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?" bujukku.
"Iya Oom, mau dong..." Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
"Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia" kataku lagi menjelaskan.
"Final?" Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
"Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom
jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang
tadi." akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.
"Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan
sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu..." Lia sambil
menunjuk lubang nikmatnya.
"Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?" pintaku lagi.
"Iya deh Oom..." Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.
Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit
tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada
yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk
memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin
Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku
bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku
menyuruhnya menahan. Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk
sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat.
"Blusss..."
Lia menjerit cukup keras, "Ooommm... tititnya sudaaahhh masuk... kkaahhh?"
"Udah sayang... tahan ya..." kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir
kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian
mundur lagi perlahan tetapi pasti. Beberapa waktu, Lia pun sepertinya
sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang
perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit
merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat. Ahhh.. inikah kemaluan
perawan gadis imut. Enak sekali ternyata. Hisapannya memang tiada
duanya. Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga
keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya.
Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir
dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya.
Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala
batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari
dalam lubang surga Lia. Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas
dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang
di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh
enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang
surga Lia.
Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat.
Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan
maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku,
kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat.
"Crruttt... crruttt..."
Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia,
sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat. Aku cabut
batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia
kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku
bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes
keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku
itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan
sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya.
Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.
Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya,
untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku
melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom
Joko dan Tante Linda.
Kira-kira sudah berjalan setengah tahun lamanya, Lia sudah sangat pintar
untuk ukuran gadis seusianya dalam melakukan olahraga senggama. Aku pun
sangat memanjakannya, uang yang biasa kuhamburkan untuk membayar wanita
malam, kuberikan ke Lia. Untuk menghindari kecurigaan orang tuanya,
uang itu kubelikan hal-hal yang Lia suka, seperti makanan, mainan dan
masih banyak lagi.
Sekarang Lia sudah kelas 2 SMP, naik kelas dengan nilai yang bagus, apa
yang kulakukan dengan Lia tidak mempengaruhi belajarnya. Inilah yang
membuat aku semakin sayang, dan sampai suatu saat, Tante Linda
diharuskan pergi beberapa hari lamanya ke ibu kota untuk menemani Oom
Joko menghadiri resepsi-resepsi pernikahan dari rekan-rekan kerja Oom
Joko yang kebetulan berurutan tanggalnya. Aku ditinggal berdua di rumah
dengan Lia, memang sudah terlalu biasa, sedikit bedanya adalah sekarang
sudah super bebas, tidak mengkhawatirkan kalau-kalau Tante Linda pulang
dari kerja.
Lia pernah menjanjikan kepadaku akan membawa teman-teman akrabnya main
ke rumah untuk diajarkan olahraga senggama. Dan saat yang tepat adalah
sekarang, dimana Tante Linda tidak akan ada di rumah untuk beberapa
hari, dan Lia juga mulai libur karena kelasnya dipakai untuk testing uji
coba siswa kelas 3. Sangat kebetulan sekali kalau hari ini sabtu,
sekolah Lia pulang sangat awal dikarenakan guru-guru sibuk menyiapkan
bahan untuk testing uji coba siswa kelas 3. Lia telpon ke kantorku,
menanyakan apakah aku bisa pulang cepat atau tidak. Lia juga mengatakan
kalau dia membawa teman-temannya seperti yang telah dijanjikannya.
Kontan saja mendengar kabar itu, aku langsung ijin pulang. Sebelum
pulang ke rumah kusempatkan mampir ke apotik untuk membeli sejumlah
obat-obatan yang kuperlukan nantinya, aku ingin penantian yang begitu
lamanya, di hari ini akan terlaksana.
Sesampainya di rumah, benar saja, ada tiga gadis teman akrab Lia, mereka
semua cantik-cantik. Tidak kalah cantik dengan Lia. Gadis pertama
bernama Anna, wajahnya cantik, hidungnya mancung, rambutnya lurus
potongan pendek, tubuhnya tidak terlalu kurus, senyumnya selalu
menghiasi bibirnya yang sensual, payudaranya kelihatan belum tumbuh akan
tetapi satu yang membuat aku heran, dari benjolan bajunya, kutahu kalau
itu puting susunya Anna, sepertinya lumayan besar. Tetapi masa bodo,
yang penting miliknya bisa dinikmati. Anna ini sepertinya tomboy, wow,
kuat juga nih senggamanya, pikiran kotorku muncul mendadak.
Lalu gadis kedua bernama Indah, wajahnya mirip Lia, hidungnya mancung,
rambutnya lurus panjang sebahu, agaknya lumayan pendiam, tubuhnya
sedikit lebih besar dibandingkan dengan Lia dan Anna, payudaranya sudah
sedikit tumbuh, terlihat dari permukaan bajunya yang sedikit membukit,
lumayan bisa buat diremas-remas, sebab tanganku sudah lama tidak meremas
payudara montok.
Gadis yang ketiga, inilah yang membuatku terpana, namanya Devi. Ternyata
Devi ini masih keturunan India, cantik sekali, rambutnya pendek,
hidungnya sangat mancung, dan sepertinya sedikit cerewet. Tubuhnya sama
dengan Lia, kecil dan imut, payudaranya kurasa juga belum tumbuh.
Sekilas, puting susunya saja belum terlihat.
Aku pulang tidak lupa dengan membawa oleh-oleh yang sengaja kubeli, aku
manjakan mereka semua sesuai dengan pesan Lia. Teman-temannya ingin
melihat olahraga senggama yang sering Lia lakukan. Lia memang sedikit
ceroboh, membocorkan hal-hal seperti ini, tetapi Lia menjamin, karena
ketiga gadis itu adalah sahabat sejatinya.
Singkat waktu, malam pun tiba. Ketiga gadis teman Lia itu sudah
berencana untuk menginap di rumah Lia, sebab besoknya adalah minggu,
alias libur, seninnya juga masih libur dan lagi mereka pun sudah ijin
kepada orang tuanya masing-masing untuk menginap di tempatnya Lia,
alasannya menemani Lia yang ditinggal mamanya ke luar kota.
Pertama sekali, aku diperkenalkan Lia kepada ketiga temannya, dan tidak
ada basa-basi seperti apa yang kulakukan kepada Lia dulu. Aku meminta
Lia memutarkan film Tarzan X kesukaannya kepada ketiga temannya itu.
Gadis-gadis kecil itu rupanya sudah menantikan. Menonton pun dengan
konsentrasi tinggi layaknya sedang ujian. Aku takjub melihat mereka, dan
justru cekikikan sendiri melihat adegan demi adegan, sepertinya ketiga
teman Lia itu sudah pernah melihat yang sesungguhnya atau pemandangan
yang nyata.
Setelah film usai, aku lalu beranikan diri bertanya ke mereka. Pertama sekali adalah ke Anna yang aku nilai paling berani.
"Anna, Oom penasaran, kayaknya Anna sering lihat olahraga begituan?" tanyaku penuh selidik.
"Iya benar kok Oom... Anna sering lihat olahraga begitu, terlebih kakak
Anna sama pacarnya, mereka selalu berbuat begituan di rumah" jawab Anna
jujur menjelaskan dan membenarkan.
"Hah? Masak sih di rumah.." tanyaku lagi dengan heran.
"Iya, bener kok Oom, sebab papa dan mama Anna kan ngga tinggal di sini" Anna menjawab keherananku.
"Oohhh..." aku hanya bisa manggut-manggut.
"Emang sih, Anna lihatnya dengan sembunyi-sembunyi, sebab merasa
penasaran sebenarnya apa sih yang kakak Anna lakukan bersama pacarnya?
Ternyata seperti di film Tarzan itu Oom..." Anna menjawab dengan
menerangkan tanpa merasa aneh atau bahkan malu.
Lalu aku selanjutnya bertanya kepada Indah. Indah sedikit tergagap
sewaktu kutanya, ternyata Indah sendiri sudah mengetahui hal begituan
secara tidak sengaja sewaktu sedang menjemur pakaian di loteng rumahnya.
Indah bercerita, tanpa sengaja dia melihat di halaman belakang
tetangganya, ada yang sedang bermain seperti yang dilakukan di dalam
film Tarzan X tersebut. Intinya Indah tahu kalau titit itu bisa
dimasukkan ke lubang wanita.
Terakhir aku bertanya ke Devi, dengan polosnya Devi mengungkapkan kalau
dia mengetahui hal-hal begituan dari melihat apa yang papa dan mamanya
lakukan ketika malam hari. Sama seperti dengan pengalaman Lia pertama
kali melihat hal itu.
Setelah aku mendengar cerita mereka, aku menawarkan, apakah mereka ingin
melihat langsung, kompak sekali mereka bertiga menjawab ya. Lalu aku
bertanya sekali lagi, apakah mereka ingin merasakannya juga, sekali lagi
dengan kompaknya, mereka bertiga menjawab ya.
"Kalo begitu... Oom mulai sekarang ya...?" jantungku berdegup kencang
karena girang yang tiada tara, aku tidak mengira akan semulus ini.
Aku akhirnya melepaskan seluruh pakaian yang kukenakan, sesuai dengan
rencana, aku akan memamerkan olahraga senggama itu berpasangan dengan
Lia, dan sebetulnya Lia yang mempunyai ide merencanakan itu semua.
Anna, Indah dan Devi memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi
kalau bukan batang kemaluanku yang sangat kubanggakan, hitam, panjang,
besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lia sendiri sudah melepaskan
seluruh pakaiannya. Puting susu Lia sudah membenjol cukup besar karena
sering kali kuhisap, dan oleh Lia sendiri sering ditarik-tarik saat
menjelang tidur. Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk
bagian bawah, vagina Lia sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti
garis membujur, sekarang dari kemaluan Lia sudah mencuat bibir bibir
berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan batang
kemaluanku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi keindahan dan
kemampuan empotnya (hisapan dan pijatan vagina).
Aku main tembak langsung saja kepada Lia, sebab aku tahu Lia sudah
sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kupagut bibir Lia,
tanganku memainkan puting susu dan liang nikmatnya, Lia sudah cepat
sekali terangsang, kulepaskan pagutanku, lalu kuciumi puting susunya.
Kuhisap bergantian, kiri dan kanan. Anna, Indah dan Devi melihat caraku
memainkan tubuh telanjang Lia, napas mereka bertiga mulai memburu,
rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka.
Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan
membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap
puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya,
ouw, pasti aku langsung terangsang hebat.
Setelah puas kuberkutat di puting susu Lia dengan ciuman dan hisapan
mulutku, kualihkan ke liang senggama Lia, kalau dahulu Lia tidak bisa
menahan puncak orgasmenya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan. Kuhisap
dan kuciumi liangnya, Lia masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak
lama aku merasakan Lia sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama
menghisap lubang senggamanya, Lia pasti tidak akan kuat lagi menahan
cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan batang kemaluanku
yang sudah sangat tegang itu ke lubang kenikmatan Lia. Aku tidak merasa
kesulitan lagi untuk memasuki lubang vagina Lia, sudah begitu hapal,
maka semua batang kemaluanku amblas ke dalam lubang senggama Lia.
Anna, Indah dan Devi melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya
batang kejantananku yang hitam, panjang dan sedemikian besarnya bisa
masuk ke lubang senggama teman mereka, yaitu Lia. Mereka bertiga
mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan lubang
kenikmatan mereka juga diterobos batang kejantananku.
Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat,
kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah
merasakan Lia akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama
kemudian, Lia memelukku erat dan dari dalam lubang surganya aku
merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantananku yang
berada di dalam lubang vaginanya. Banyak sekali Lia mengeluarkan cairan
mani, Lia terkulai lemas, batang kejantananku masih gagah dan kokoh,
memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga
vagina perawan yang menanti harus tercapai.
Lia kusuruh istirahat, Lia langsung menuju ke kamar mandi untuk
membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke
Anna, Indah, dan Devi, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga
sepertinya ragu, lalu akhirnya Anna yang mengajukan diri untuk mencoba.
"Bagus Anna, kamu berani deh." pujiku kepada Anna.
Tanpa berlama-lama, kusuruh Anna untuk membuka seluruh pakaian yang
melekat di tubuhnya, langsung saja Anna melakukan apa yang kusuruh, aku
memandangi Anna yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai
akhirnya telanjang bulat. Tubuh Anna putih bersih, apa yang tadi
membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Anna kunilai aneh,
payudaranya memang belum tumbuh, akan tetapi puting susunya itu
membenjol lumayan besar. Bentuknya unik dan baru kali ini aku
melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran hitam
kecoklatannya menyatu dan meninggi. Kata kamus ilmiah, puting susu
berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat
tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan vaginanya masih
berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya vagina
ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera
merasakannnya.
Aku langsung menciumi bibir Anna yang sensual itu, kupagut dengan mesra.
Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Anna. Benar saja,
begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Anna merasa sangat
terangsang.
"Ouwww... Oommm... enak sekali Oom.." Anna mengomentari apa yang dirasakannya.
Aku merasakan puting susu Anna mulai menegang. Segera saja kulepaskan
pagutanku di bibir Anna, aku merasa senang, rupanya Anna telah tanggap
dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya
dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan
kuhisap, Anna berkali-kali menjerit kecil. Rupanya puting susu Anna
sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh kemaluan Anna, ternyata
vagina Anna sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes
keluar. Aku terus saja menyusu dan mengempot puting susu Anna, kiri dan
kanan bergantian.
"Oomm... Anna kok seperti mau pipis nih... Ada sesuatu yang mau keluar
dari memek Anna nih..." Anna mengungkapkan apa yang akan terjadi.
"Tahan dikit dong..." jawabku.
Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Anna, lalu
mulutku beralih ke liang senggama Anna. Secara otomatis, Anna sudah
mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari liangnya
Anna. Sungguh legit. Vagina Anna merah sekali dan sudah mengkilap,
kujilati kemaluan yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Anna
rupanya mengelinjang liar karena merasa nikmat.
"Oomm... Anna udah ngga kuat lagi nihhh... aahhh..." jerit Anna seiring dengan tubunnya yang menegang.
Saat itu, mulutku masih menghisap lubang kemaluan Anna, aku merasakan
ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani
Anna karena sudah mencapai orgame pertamanya, tanpa pikir panjang
kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah
klitoris Anna yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan
sudah akan mencapai puncak orgasmeku.
"Anna.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Anna nih.." aku meminta ijin kepada Anna.
"Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat..." Anna rupanya sudah tidak sabar
lagi ingin merasakan batang kejantananku memasuki lubang surganya.
Kuarahkan kepala senjataku ke lubang senggamanya Anna, Anna tanpa
diminta memegang batang kemaluanku dan membimbingnya memasuki lubang
kemaluannya. Surprise, insting Anna hebat juga nih pikirku, tanpa
kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan mani itu
menerima kepala kemaluan dan batang kemaluanku. Lumayan sempit juga,
untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Anna membimbing
masuk batang kemaluanku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya.
"Blusss..." kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat.
Aku merasa akan mencapai klimaksku, hisapan vagina Anna sungguh dahsyat.
Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar.
Anna memang kuat sekali, aku merasakan Anna berkali-kali menyemprotkan
cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Anna masih
mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan,
akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Anna pun sudah
akan mencapai orgasme puncaknya.
"Anna.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang.." pintaku sambil sekuat tenaga menahan.
"Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa..." Anna berkata dengan bergetar.
Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Anna yang kutindih, kupeluk erat sekali.
"Crottt... crrruttt... aaahhh.. seerrr..." kukeluarkan cairan mani
puncak orgasmeku di dalam lubang kemaluan Anna yang sempit itu.
Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang senggama Anna, lubang
kelamin itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya
cairan mani itu keluar dari lubang senggama, cairan maniku yang
bercampur dengan cairan mani Anna. Kucabut batang kemaluanku yang masih
cukup tegang dari lubang kemaluan Anna, batang kejantananku sangat
mengkilap, seperti habis di pernis.
Indah dan Devi, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat,
rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama
dengan Anna. Memang kuakui Anna sangat kuat, cewek tomboy ternyata
benar-benar hebat permainan senggamanya. Apa yang dikatakan orang memang
bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis
kecil bernama Anna. Kupikir jika gadis tomboy yang sudah matang pasti
akan lebih kuat lagi.
Kulihat juga Lia sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan
penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makanan. Anna yang masih
terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu
kusuruh juga untuk membantu Lia di dapur.
Indah dan Devi dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari
pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa
kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau
kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka
kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di
apotik. Kuminum 6 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku
merasa panas. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Indah dan
Devi, batang kemaluanku yang tadinya loyo sekarang tegang dan
mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi.
Indah seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang
sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya
sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, coklat
kehitaman telah menegang sehingga meruncing, lubang kemaluannya pun
kulihat sudah basah menunggu penantian. Lalu Devi, yang juga tadi masih
kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Devi
memang lain sendiri dibandingkan Anna, Lia dan Indah, mungkin karena
masih keturunan India, akan tetapi Devi juga yang paling muda sendiri.
Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Anna, Indah maupun
Lia. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan
payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan
benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena
terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu vaginanya pun masih
biasa saja, kesimpulanku Devi masih imut sekali. Mungkin satu tahun ke
depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk menerobos
keperawanannya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah
dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Devi
nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain.
Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus.
Kupagut bibir Devi, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Devi merasa enak
dan geli, sedangkan Indah, puting susu dan payudaranya kuusap-usap
dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan
tanganku bisa meremasnya. Indah mendesah keenakan. Aku minta ke Indah
untuk memijat-mijat batang kemaluanku, ternyata Indah pandai juga
memijat. Batang kejantananku semakin menegang. Pijatan Indah sungguh
enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah kejantananku.
Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Devi, kulanjutkan dengan
menghisap puting susu Devi yang meruncing kecil. Devi menggelinjang
keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Devi, sampai
akhirnya aku beralih ke liangnya Devi yang sangat imut, kemaluan ini
sama seperti kepunyaan anak-anak kecil yang sering kulihat mandi di
sungai. Tetapi, ah masa bodo. Devi kegelian ketika kumulai menciumi,
menjilat dan menghisap vaginanya itu. Kukangkangkan kedua kaki Devi,
maka terkuaklah belahan kemaluan dengan lubang yang sangat sempit. Jika
kuukur, lubang kemaluan itu hanya seukuran pulpen kecil. Aku sempat
gundah, apakah batang kejantananku bisa masuk? Tetapi akan kucoba,
kuyakin lubang surga itu kan elastis, jadi bisa menampung batang
kemaluan sebesar apapun.
Devi merasa sangat keenakan ketika kumainkan kemaluannya, berkali-kali
Devi orgasme. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan
vagina Devi, kuminta Devi bersiap, sedangkan Indah kusuruh berhenti
memainkan buah zakar dan batang kemaluanku. Lalu kupagut bibir Indah
sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya. Indah mendesah, tidak
berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Indah. Kuciumi dan
hisap dengan penuh nafsu, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas
dengan gemas. Puting susunya yang kecil itu kuhisap dan kusedot. Aku
menyusu cukup lama, vagina Indah yang sudah basah pun tidak luput dari
hisapanku. Devi sudah menunggu-nunggu, menantikan batang kemaluanku
memasuki lubang nikmat kecilnya.
Segera saja kuselesaikan hisapanku di lubang kemaluan Indah. Kurasa
dengan lubang kemaluan Indah, aku tidak akan merasa kesulitan, lubang
kemaluan Indah kunilai sama dengan punya Anna dan Lia waktu pertama kali
dimasuki batang kejantananku. Yang kupikir, kesulitannya adalah lubang
vagina Devi, selanjutnya kusuruh Indah untuk bersiap-siap juga.
Kuludahi batang kemaluanku agar licin, lalu kuarahkan perlahan kepala
kemaluanku itu ke lubang surganya Devi. Kutekan sedikit, meleset,
kuposisikan lagi, tekan lagi, tetap saja meleset, tidak mau masuk.
Untunglah Anna dan Lia datang, mereka berdua tanggap dengan kesulitan
yang kuhadapi. Lia dengan sigap menepiskan kedua sisi vagina Devi dengan
kedua sisi telapak tangannya. Lubang senggama Devi bisa terkuak, kucoba
masukkan lagi, ternyata masih meleset juga, Anna yang melihat hal itu
tanpa ragu-ragu juga ikut turun membantuku. Anna mengulurkan jari
tanggannya, memijat bagian atas dan bawah lubang senggama Devi, sehingga
secara elastis lubang kemaluan Devi bisa lebih terkuak sedikit. Aku
berkonsentrasi memasukkan kepala kejantananku ke lubang senggama Devi
itu.
Kepala kemaluanku dengan sedikit kupaksakan, bisa masuk ke lubang
surganya Devi, kutahu Devi merasa kesakitan. Devi hanya meringis dan
dari sudut matanya meleleh air matanya. Indah yang dari tadi menunggu
giliran lubang senggamanya ditembus batang kejantananku, karena
mengetahui bahwa aku mengalami kesulitan, akhirnya ikutan pula
membantuku memuaskan Devi. Tanpa malu-malu, Indah menyodorkan puting
susunya ke mulut Devi, layaknya ibu kepada bayinya yang minta susu. Devi
mengulum puting susu Indah dengan kuat. Indah merasakan kalau puting
susunya digigit oleh Devi, Indah diam saja, hanya sedikit menyeringai,
menahan sakit tentunya.
Aku menekan terus, sehingga sudah separuh batang kejantananku masuk ke
dalam lubang senggama Devi. Kepala kemaluanku bagaikan disetrum dan
dihisap oleh suatu tenaga yang luar biasa mengenakan. Kutekan sekuat
tenaga, dan "Blusss..."
Masuknya seluruh batang kejantananku ke dalam lubang kemaluan Devi
diiringi dengan dua jeritan. Yang pertama adalah jeritan Devi sendiri
karena merasa sakit dan enak, matanya sampai meram melek, kadang
membelalak. Satunya lagi adalah jeritan Indah, sebab tanpa Devi sadari,
Devi telah menggigit keras puting susu Indah yang masih dikulumnya itu.
Anna dan Lia hanya tersenyum-senyum saja, kubiarkan batang kejantananku
membenam di dalam lubang senggama Devi. Kurasakan empotan-empotan vagina
Devi. Setelah sekian lama aku menikmati, kumundurkan pantatku, ternyata
bibir kemaluan Devi ikut tertarik. Bibir kemaluan Devi mengikuti
gerakan pantatku, begitu aku mundurkan maka bibir kemaluan Devi akan
mencuat ke atas karena ikut tertarik. Sebaliknya, jika kumajukan lagi
pantatku, maka bibir kemaluan Devi pun ikut mencuat ke bawah dan
terbenam. Sungguh fantastis, aku tidak menyesal merasakan enaknya yang
luar biasa.
Kupercepat gerakan maju mundurku, semakin lama aku merasakan lubang
senggama Devi membasah dan membanjir. Lorong lubang vagina Devi pun
semakin licin, tetapi tetap saja sempit, sampai akhirnya Devi terkuras
tenaganya dan tidak bisa mengimbangiku mencapai puncak kenikmatan. Tubuh
Devi berkali-kali menegang.
"Oommm... Devi pipis lagi... ahhh..." desahnya.
Cairan mani putih dan hangat milik Devi merembes deras keluar dari
celah-celah lubang kemaluannya yang masih disumpal oleh batang
kejantananku.
Devi sudah lelah sekali, aku pun sudah mulai bergetar pertanda puncakku
pun sudah dekat, maka kucabut saja batang kemaluanku dari lubang
senggama Devi.
Begitu kucabut, terdengar bunyi, "Ploppp..." seperti bunyi batang pompa dikeluarkan dari pipanya.
Devi kusuruh istirahat, ternyata Devi suka menyusu juga, karena puting
susu Indah ternyata masih dikulumnya. Devi manja tidak mau melepaskan,
sampai akhirnya, Anna yang sedang duduk-duduk berkata.
"Eh Vi... udah dong neteknya, kasihan tuh Indah, kan sekarang gilirannya
dia." Anna mengingatkan, "Besok-besok kan masih bisa lagi..." tambah
Anna.
"Iya-iya... aku tahu kok..." Devi akhirnya menyadari, lalu melepaskan puting susu Indah dari mulutnya.
"Vi... nih kalo mau... puting susuku juga boleh kamu isepin
sepuasnya..." ujar Anna sambil memijat-mijat sendiri puting susunya yang
membenjol paling besar sendiri.
Devi mau saja memenuhi ajakan Anna, maka kulihat Devi begitu rakusnya
mengulum dan menyedot puting susu Anna. Kadang Devi nakal, menggigit
puting susunya Anna, sehingga Anna menjerit kecil dan marah-marah.
Setelah lepas dari Devi, Indah kemudian menempatkan diri dan
bersiap-siap. Indah mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, sehingga
terkuaklah lubang senggamanya yang sudah cukup basah karena cairan mani
yang meleleh dari dinding di lubang vaginanya. Betul juga, aku berusaha
tanpa melalui kesulitan, berhasil memasuki lubang senggama Indah,
seperti halnya aku pertama kali menerobos lubang kemaluan Lia dan Anna.
Kumasukkan batang kejantananku seluruhnya ke dalam lubang kenikmatan
Indah. Indah menahan perih, karena keperawanannya baru saja kutembus.
Tetapi karena sudah sangat bernafsunya, maka rasa perih itu tidak
dirasakannya lagi, yang ada hanyalah rasa enak, geli dan nikmat. Indah
meram melek merasakan adanya batang kejantananku di dalam lubang
senggamanya.
"Oom Agus, gerakin dong..." Indah memintaku untuk segera memulai.
"Baik Indah, Oom minta Indah imbangi Oom ya...!" Indah tidak menjawab tetapi hanya manggut-manggut.
Kumulai saja gerakan maju mundur pantatku, batang kemaluanku masuk dan
keluar dengan leluasanya, pertama dengan perlahan dan kemudian
kupercepat. Indah sudah banyak belajar dari melihat langsung permainanku
tadi dengan Lia, Anna, maupun dengan Devi. Indah memutar-mutar
pantatnya sedemikian rupa. Aku merasa kalau Indah yang pendiam ternyata
mempunyai nafsu yang besar. Kurasa Indah akan lebih kuat mengimbangiku.
Betul juga dugaanku Indah memang kuat juga, setelah hampir seperempat
jam kuberpacu, Indah masih belun juga mengeluarkan cairan maninya,
sedangkan aku sendiri memang masih bisa menahan puncak orgasmeku,
disebabkan aku telah minum obat dopping 6 pil sekaligus.
"Ayoooo Oomm... Indah merasa enakkk... terusiiinnn..." Indah kembali meracau.
Kuteruskan memacu, aku heran, kenapa Indah bisa selama ini, padahal Indah baru pertama kali merasakan nikmatnya senggama.
"Indah... kamu kok kuat sekali sih...?" tanyaku sambil terus memacu.
"Ini berkat obat Oom lhoooo..." jawab Indah bersemangat sambil
memutar-mutarkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, sedangkan kedua
tangannya meremas-remas payudaranya sendiri dan sesekali menarik-narik
puting susunya yang masih menegang.
Aku kaget juga mendengar pengakuan Indah, sampai aku berhenti melakukan gerakan. Ternyata Indah meminum obatku juga, jelas saja.
"Kok berhenti Oom... gantian Indah yang di atas ya?" kata Indah lagi.
Aku diam saja, kami berganti posisi. Kalau tadi Indah dalam posisi aku
tindih, sekarang Indah yang berada di atas dan menindihku. Indah
menaik-turunkan pantatnya, maju mundur, perlahan dan cepat, kadang
berposisi seperti menunggang kuda, liar dan binal.
Permainan dalam posisi Indah di atas dan aku di bawah, ternyata menarik
perhatian Lia. Dari tadi Lia memang hanya melihat pergulatanku dengan
Indah.
"Oom Agus... masa sih kalah sama Indah..." sindir Lia kepadaku.
"Ngga dong... tenang saja Lia..." jawabku membela diri.
Kulihat juga Devi rupanya menyudahi kegiatan menyusunya dari puting susu
Anna. Mereka bertiga rupanya tertarik menontonku. Kadang berkomentar
yang membuatku tersenyum.
"Yaccchhh... Oom Agus ngga adil... Oom Agus curang, sama Indah bisa selama ini, sama Anna kok cepet sekali." Anna memprotes.
"Lho, kan Anna tadi sudah kecapean, maka Oom suruh istirahat, dan cuma Indah sendiri yang belon capek nih..." lanjutku.
Indah sudah berkeringat banyak sekali, aku merasakan ada cairan hangat
yang merembes di batang kejantananku. Aku sendiri mulai merasa adanya
desakan-desakan dari pangkal kemaluanku.
"Oomm... Indah udah ngga kuat nahannya nih... sshh heehh..." kata Indah sepertinya menahan.
Mendengar ini, langsung saja kuganti posisi lagi. Aku kembali di atas dan Indah di bawah, kupercepat gerakanku sampai maksimal.
"Oommmm... Indahhh... aaakkkhhhh... hekkksss aahhh..." Indah menjerit histeris.
Tubuhnya menegang dan memelukku dengan erat, rupanya Indah telah
mencapai puncak nikmatnya, dari dalam lubang senggamanya menyemprot
berkali-kali cairan maninya yang hangat menyiram kepala kejantananku
yang masih berada di dalam lubang vaginanya.
Lubang kemaluan Indah dibanjiri oleh cairan maninya sendiri, becek
sekali vagina Indah. Batang kejantananku sampai terasa licin, sehingga
menimbulkan bunyi berdecak. Indah sudah tidak bisa mengimbangiku,
padahal aku dalam keadaan hampir sampai, katakanlah menggantung. Kucabut
saja batang kemaluanku dari lubang senggama Indah, lalu kutarik Devi
yang sedang duduk bengong, kusuruh Devi tidur telentang dengan kaki di
kangkangkan. Devi tahu maksudku. Segera saja Devi melakukan apa yang
kusuruh. Anna dan Lia langsung riuh berkomentar.
"Yacchhh Oom Agus, kok Devi sih yang dipilih..." rungut Anna.
Sedangkan Lia hanya tersenyum kecut sambil berkata, "Ayoooo Oomm...
cepetan dong... habis ini kita makan... Lia udah buat capek-capek tadi."
sambil menyuruhku menyelesaikan finalnya.
Aku seperti terhenyak. Segera saja kumasukkan batang kejantananku ke
lubang senggamanya Devi yang masih merah. Beruntung sekali, lubang
senggama itu masih basah oleh cairan mani, sehingga hanya dengan
kupaksakan sekali saja langsung masuk. Lubang kemaluan Devi yang begitu
sempit memijat hebat dan menghisap batang kejantananku. Aku ingin
menyelesaikan puncak orgasmeku secepatnya. Makin kupacu gerakanku. Devi
yang tadinya sudah dingin dan kurang bernafsu langsung terangsang lagi.
Tidak sampai lima menit, aku memeluk erat tubuh kecil Devi dan
kumuncratkan cairan maniku di dalam lubang senggama Devi.
"Aaahhh... hiaaahhh... Cruuutttt... Crottt..."
Cairan maniku banyak sekali. Aku langsung lemas seketika. Batang
keperkasaanku pun sudah mulai loyo, sungguh pergulatan yang hebat. Aku
dikeroyok oleh empat gadis kecil dengan hisapan mulut senggamanya yang
luar biasa. Kucabut batang kejantananku dari lubang nikmatnya Devi.
Kemudian kuajak Devi dan Indah mandi sekalian denganku. Habis mandi kami
makan bersama, lumayan enak makanan buatan Anna dan Lia.
Setelah makan, aku mengevaluasi dan bercakap-cakap dengan gadis-gadis
kecil itu. Ternyata Anna, Lia, Indah dan Devi masih bersemangat dan
mereka mengajakku melakukannya lagi. Aku terpaksa menolak, kelihatan
sekali mereka kecewa. Untuk mengobati rasa kecewa mereka, kuberikan
kepada mereka kaset BF tentang lesbian untuk ditonton. Isi ceritanya
tentang hubungan badan wanita dengan wanita yang saling memberi
rangsangan. Aku hanya mengawasi saja, sampai akhirnya mereka
mempraktekkan apa yang baru saja mereka tonton.