Ketty Bidadari Kecilku
Kira-kira tiga bulan kemudian, Pak Candra kembali mengunjungiku dan
memintaku agar mengajar Sara kembali. Tentu saja aku menerimanya dengan
antusias sekali. Sudah terbayang rutinitas dengan Sara akan terulang
kembali.
Ternyata Sara bilang sama teman-temannya kalau dia bisa begitu karena
belajar denganku. Akhirnya Sari dan Rina memintaku mengajarinya. Karena
jadwalnya ketat, akhirnya kuputuskan Senin, Rabu, Jum'at aku mengajari
Sari dan Rina. Karena rumah Rina lebih dekat dengan rumahku, maka aku
minta Sari yang datang ke rumah Rina. Selasa, Kamis, Sabtu aku mengajar
Sara. Sedangkan jamnya adalah sama, dari jam 4 sampai jam 6 sore.
Permainanku dengan Sara tidak perlu kuceritakan disini. Karena ini
jatahnya Ketty, Sari dan Rina.
Pertama, aku akan ceritakan tentang Ketty dulu. Ketty itu orangnya agak
bongsor. Kalau dia sedang berpakaian biasa, bukan pakaian sekolah, orang
pasti mengira dia sudah SMP atau SMA. Hanya sifatnya masih
kekanak-kanakan. Maklum masih kelas 6 SD. Tingginya hampir sama dengan
kakaknya. Begitu juga dengan body-nya. Bukit kembarnya kira-kira sudah
sebesar kakaknya. Sebesar bola tennis. Hanya wajahnya agak bulat bila
dibandingkan dengan kakaknya. Itu saja. Yang lain hampir mirip dengan
kakaknya. Jadi bisa dibilang bidadari kecil.
Masih ingat ketika Ketty memergoki aku dan kakaknya sedang bertempur..?
Rupanya dia tidak bisa melupakan hal tersebut. Dia sering bertanya ke
kakaknya, apa yang dilakukan. Tentu saja kakaknya bingung menjawabnya.
Akhirnya Sara menyerahkan kepadaku untuk menjawabnya. Dan Ketty memendam
pertanyaan itu sampai dia punya waktu berdua denganku.
Setiap aku mengajar Sara dan bertemu Ketty, dia sering mencuri pandang
ke arahku. Dan setiap aku memandangnya, dia membuang muka. Malu. Sampai
di suatu waktu, saat aku akan mengajar Sara,ternyata Sara tidak ada di
rumah. Yang ada hanya Ketty dan pembantu-pembantunya. Ibunya seperti
biasa sedang ke Pakistan. Sedang ayahnya, tadi telepon dan bilang
pulangnya malam, karena ada pertemuan dengan orang Belanda.
"Sara kemana Ket..?"
"Tadi pagi Ketty liat dia bawa ransel besar. Katanya dia mau Persami di Cibubur. Pulangnya Minggu sore."
"Lho dia kok enggak bilang sama Mas yaa..?"
"Yaa.., mana Ketty tahu Mas..!"
"Ya udah.., Mas pulang dulu yaaa..?"
"Eehhh, tunggu dulu Mas.., Ketty mau minta tolong nicchhh..?"
"Tolong apa..?" tanyaku.
"Ketty mau nonton, tapi kok gambarnya jelek banget."
"Ok deh.., mana videonya..?"
"Ada di kamar Ketty. Yuk ke kamar Ketty..!" katanya sambil menggandeng tanganku.
Ketty saat itu memakai daster rumah. Cukup tipis. Aku bisa lihat
bayangan celana dalamnya. Saat dia menarik tanganku, aku sempat melirik
ke dadanya. Dia tidak memakai kaos dalam atau BH. Karena aku bisa
melihat segumpal daging putih dari lubang lengannya yang agak lebar.
Walaupun dia masih anak-anak, tapi melihat itu aku merasa batang
kemaluanku mengeras.
Sesampainya di kamar, aku kembali terkagum-kagum. Kamarnya sama persis
sekali dengan kamar kakaknya. Ini baru kamar anak-anaknya, bagaimana
dengan kamar orang tuanya..? Aku berkeliling melihat-lihat, masuk ke
kamar mandinya. Lho.., sepertinya aku pernah lihat. Ternyata kamar
mandinya bisa tembus ke kamar kakaknya. Jadi satu kamar mandi dipakai
berdua. Pintunya terhalang sekat, jadi aku tidak tahu kalau ada pintu
satu lagi.
"Mas kok muter-muter sih..? Khan kamar Ketty sama seperti kamarnya Kakak." katanya agak kesal.
"Ini lho videonya yang rusak..!" sambungnya.
Aku lalu jongkok di depan videonya. Dia ikut-ikutan jongkok di
sampingku. Aku hidupkan, masukkan video, ternyata mau jalan. Tapi
gambarnya jelek sekali, begitu juga suaranya. Aku lihat kabel gambarnya.
Ooo.., kabelnya hampir putus dimakan tikus.
"Kett, ini lhoo kabelnya hampir putus dimakan tikus." kataku.
Mendengar kata tikus, ternyata dia kaget dan langsung memelukku. Aku
yang tidak menyangka akan dipeluk begitu, jadi jatuh terguling. Secara
refleks aku menangkap tubuhnya, sehingga dia jatuh di atasku. Terasa
daging kenyal itu menyentuh dadaku. Dia bangkit dengan wajah merah
padam.
"Maaf Mas.., enggak sengaja. Jadi di kamar Ketty ada tikusnya..?" dia bertanya.
"Ya.., mungkin aja. Ini buktinya, kabelnya dimakan tikus. Kamu beli aja racun tikus. Kamu ada kabel lain..?" tanyaku.
"Coba aku cari di gudang." katanya sambil berlalu keluar kamar.
Sementara aku menunggu dia mencari kabel, aku berpikir, "Mungkin enggak
ya.. Ketty mengintip perbuatanku dengan kakaknya dari kamar mandi..?"
"Kalau iya terus kenapa..? Ah.., sebodo amat ah.. kok jadi aku yang pusing."
Lalu pandanganku melihat ke bawah rak TV, ada buku kecil. Aku ambil. Aku
kaget lagi. ANY ARROW..! (bacaan stensilan tentang hubungan sex).
"Punya siapa ya..? Apa mungkin punya dia..? Dia kan masih kecil..?" batinku.
Tiba-tiba terdengar langkah kaki. Cepat-cepat kusembunyikan lagi buku itu.
"Ini ada Mas, tapi lebih panjang." katanya.
"Enggak apa-apa. Sini Mas coba..!" kataku.
"Kamu mau nonton film apa siihh..?" tanyaku sambil memasang kabel.
"Mickey mouse Mas. Kata temenku bagus." katanya sambil memperhatikanku memasangkan kabel.
Setelah itu aku coba. Nah.. gambar dan suaranya jadi bagus.
"Mas.., temenin nonton yaahhh..! Ketty enggak ada temen niihhh."
"Lho.., biasanya Kamu juga sendirian." balasku.
"Mas khan jadwalnya disini sampai jam 6 sore, kadang-kadang lebih. Sekarang masih jam 4 lewat 10 Mas." rajuknya.
"Iyaa deehhh..," aku mengalah.
Aku duduk di karpet bersandar ke tempat tidur. Ketty duduk di sebelahku.
10 menit berlalu. Tiba-tiba gambarnya berubah menjadi adegan sepasang
manusia sedang berciuman.
"Kok gambarnya jadi begini..?" tanyaku.
"Enggak tau Mass..!" sahutnya sambil matanya terus melihat ke TV.
Adegan di TV semakin panas, kulirik dia. Wajahnya merah padam, nafasnya
sudah semakin cepat, tetapi matanya tetap ke TV. Wajahnya jadi semakin
cantik. Aku tidak tahan, maka kurangkul dia. Aku cium rambutnya,
pipinya, lalu keningnya, hidungnya, matanya. Dia pasrah kucium begitu.
Tanganku pun langsung meremas susunya. Sudah agak keras dan putingnya
sudah terasa.
"Aaahhh.., Mass.., Ketty mauu Masss..!" rintihnya.
Aku sedikit kaget, "Ketty mau apa..?" tanyaku.
"Mau seperti Kakak Sara. Aaahhh, Maass.., sshshhs..!"
"Ketty sering mengintip Mas sama Kakak sedang maiiin..." sambungnya.
Deg..! Jantungku seperti berhenti. Gawat niihhh..!
Kulepaskan ciuman dan pelukkanku. Aku pandangi dia.
"Beneerr Ketty sering ngintip..?" tanyaku.
"Iyaa.., pertama waktu Ketty di kamar, Ketty dengar suara Kakak agak
aneh, takut Kakak sakit, lalu Ketty masuk. Ternyata Mas sedang berantem
sama Kakak telanjang bulat. Ketty lari." katanya terbata-bata.
"Ketty tanya sama Kakak, tapi Kakak enggak mau ngomong. Terus Ketty
tanya sama temen. Kata temen, Kakakmu itu sedang ngentot." sambungnya.
"Terus setiap Kakak bersuara aneh begitu, Ketty ngintip dari kamar
mandi. Ketty perhatiin kayaknya Kakak keenakan, bukannya kesakitan."
sambungnya lagi.
Aku diam saja. Tiba-tiba, "Maaas.., Mas mau khan ngentot sama Ketty..?" tanyanya polos.
Terus terang saat itu aku bingung, akhirnya, "Ket, bukannya Mas enggak mau. Tapi Ketty khan masih kecil."
"Kakak juga..! Kakak baru 13 tahun jalan 14, aku kan 2 bulan lagi 12 tahun." balasnya sengit.
"Kalau Mas enggak percaya, lihat nich..!" sambungnya sambil membuka dasternya.
Maka terpampanglah dua bukit kembarnya yang baru tumbuh. Bentuknya
bulat. Sangat indah dengan puting kecil berwarna coklat muda kemerahan.
Pinggulnya sudah sama seperti kakaknya. "Oke.. Oke.., Mas mau. Tapi
Ketty harus janji ya, jangan bilang sama Kakak..!" sahutku.
Siapa yang tidak mau ditawari perawan bidadari kecil yang lagi nafsu.
"Iyaa Mass.., Ketty janji..!"
"Eh.. pintunya dikunci dulu doonggg.., nanti kalau ada yang masuk gimana..?" kataku.
Dia pergi mengunci pintu.
Aku jadi teringat Titin. Dia juga dulu baru 12 tahun saat pertama
kusetubuhi. Tetapi bentuk badannya jauh lebih bagus badannya Titin.
Lebih putih dan lebih terawat.
"Aku harus super hati-hati memperlakukan Dia..!" pikirku.
Harus tahap demi tahap.
Dia datang mendekatiku. Langsung kupeluk dia, aku pandangi mukanya, aku
tatap matanya. Ada kesan pasrah dimatanya. Aku cium matanya, dia
terpejam. Aku cium pipinya, keningnya, kukecup hidung, lalu makin
mendekati mulutnya. Bibirnya pasrah menerima bibirku tanpa perlawanan.
Aku selusupkan lidahku disela-sela giginya. Mulutnya sedikit membuka.
Lidahku mulai menari-nari di lidahnya. Mulut dan ludahnya manis. Dia
mulai menghisap lidahku. Lalu lidahnyapun mulai bergerak-gerak. Mulai
melawan lidahku. Tangan kiriku masih mengelus2 punggungnya, tangan
kananku dilehernya. Suasana hening, hanya desah napas kami yang
terdengar. Kulepas ciumanku, kutatap matanya. Matanya sayu, nafasnya
naik sudah agak memburu. Lalu tiba-tiba dia mencium bibirku dengan
ganas. Pindah kemataku, lalu pipiku. Wajahku basah oleh ludahnya.
Ciumanku kuturunkan ke lehernya. Dia menengadahkan kepalanya. Tangan
kananku pun mulai meraba susunya. Kuusap-usap perlahan sampai puting
kecilnya menonjol keras. Bergantian kiri dan kanan.
"Aaahhh.., Maasss.., eennnaaakkk.. Maasss..! Aaahhh..!" dia mulai mengeluarkan suara desahan.
Lalu kugendong dia, kurebahkan ke tempat tidur. Kupandangi lagi
tubuhnya. Seakan tidak percaya kalau bidadari kecil ini rela menyerahkan
tubuhnya. Kupandangi susunya, betul-betul sempurna bentuknya, dengan
putting kecil kemerahan yang menonjol di bukit putih mulus dengan
guratan tipis urat-urat susunya. Payudara gadis mungil kecil yang belum
tersentuh oleh jamahan lelaki manapun. Kucium bukitnya, dari lembah
sampai mendekati puncaknya. Tanganku meremas yang satunya. Begitu
berulang-ulang. Aaahh wanginya. Wangi khas perawan muda.
"Aahhh.., Masss..! Aaddduuuhhh..! Shshshsh..!" tubuhnya menggeliat
sambil dadanya disorongkan ke atas, kedua tangannya menekan kepalaku ke
dadanya.
Tanganku yang satu mulai menelusuri betisnya, naik secara perlahan-lahan
ke arah pangkal pahanya. Bergantian kiri dan kanan. Terkadang kuremas
perlahan pantatnya. Setiap kuremas, pantatnya terangkat ke atas. Lalu
tanganku mulai mengelus-ngelus bibir kemaluannya dari luar CD cream-nya.
Terasa lembab sekali. Pahanya mulai membuka lebar, seakan meminta
tanganku untuk berbuat lebih jauh. Kuselusupkan tanganku ke dalam
CD-nya. Kuselusuri garis lubang kewanitaannya dengan jari tengahku.
Naik-turun, naik-turun. Lalu jariku kuselipkan ke celah hangatnya.
Basah. Kuputar perlahan-lahan, sambil kucari-cari kedele-nya. Pantatnya
bergerak seirama tanganku. Naik turun, ke kiri ke kanan.
"Adduuuhhh.. Massss..! Eenaakkk Maasss..! Aaahhh..!" desahnya terus-menerus.
Lalu aku berdiri, kupandangi matanya sambil tanganku mulai menurunkan
celana dalamnya. Tidak ada tanda penolakan dimatanya. Dia malah
mengangkat pantatnya mempermudahku melepaskannya.Sekarang di hadapanku
ada seorang bidadari kecil, putih, telanjang bulat menanti sentuhan
selanjutnya. Sekitar bibir kemaluannya masih belum ditumbuhi bulu. Masih
polos. Karena pahanya membuka, tampaklah isinya yang merah muda, basah
dan berkilat.
Karena batang kejantananku yang tegang sejak tadi sakit terjepit, maka
kubuka juga seluruh pakaianku. Dia hanya memandangiku sayu tanpa
ekspresi. Kucium lembah payudaranya, turun sedikit demi sedikit. Terus
sampai ke perutnya. Tanganku terus mengelus paha belakangnya sampai
pantatnya. Kugelitik pusarnya dengan lidahku.
"Maaasss.., shshh.. ennaaakk.., geellliii Maaasss..!"
Tanganku berpindah ke liang keperawanannya sambil terus kuciumi perut
dan dadanya bergantian.Kucari, dan setelah ketemu, gosok-gosok perlahan
kedele-nya. Kucubit-cubit, kupelintir sampai pantatnya bergoyang tidak
karuan.
"Mas.., Mass.., diapain memekku Masss..? Aaadduuuhhh..!"
Karena sepertinya dia sudah tidak tahan, kuhadapkan wajahku ke liang
senggamanya. Kucium bibir kemaluannya. Aaahhh.., segaarr. Kuciumi
berulang. Lalu dengan kedua tanganku, kubuka vaginanya, basah, licin
berkilat-kilat. Kujilat kedele-nya perlahan. Makin lama makin cepat dan
makin kutekan. Pantatnya naik turun dengan cepat. Tangannya
menjambak-jambak rambutku. Kupegangi pantatnya dengan kedua tanganku,
agar tidak menabrak-nabrak hidung dan mulutku. Gerakannya semakin liar.
Makin liar terus.
"Aaahhh.., aaahhh.., ssshhh.., shhh..!" hanya itu saja kata-katanya dari tadi.
Tiba-tiba kepalaku ditekan keras-keras, pahanya menjepit kepalaku,
pantatnya diangkat setinggi-tingginya. Dan, "Maasss.., Maaasss..,
uuuddaaahhh.., Maaasss..!"
"Syuurrr.., ssyuuurrr.., syuurrr...," cairan hangat membanjiri mulutku.
Kujilat sambil kuhisap cairan itu. Rasanya lebih manis dari punya kakaknya. Walaupun lebih encer. Kujilati sampai bersih.
Aku pun tiduran di sebelahnya. Kurangkul dia. Kudekap kepalanya di
dadaku, sambil kuelus-elus dan kucium rambutnya. batang kejantananku
yang masih keras menyentuh pahanya.
"Gimana Ket.., puass..?" tanyaku.
"Enak sekali Mas. Ketty puasss Maasss..!" jawabnya.
Nafasnya masih sedikit memburu.
"Mas.., kalau sama Kakak kok kontol Mas dimasukin ke memeknya siihhh..?" tanyanya setelah sensasinya mereda.
"Ini anak kalo ngomong kok engak pake tedeng aling-aling lagi." pikirku, "To the point."
"Ketty mau..?" pancingku.
"Eengg.., sakit nggak Mas..? Kontol Mas khan gede..," katanya sambil tangannya memegang batang kemaluanku.
"Yaa.., pelan-pelan dong..!" kataku.
"Untuk pertama kali emang sakit dan perih, tapi itu sebentar. Seterusnya
udah enggak sakit. Kakakmu aja sampai ketagihan." sambungku.
Dia diam saja, tetapi tangannya terus saja memegang batang kemaluanku.
Kadang diusap, kadang diremas, kadang diurut. Senjataku semakin keras.
Kepalanya senut-senut.
"Aaahhh.., sshhh..!" desahku.
"Kenapa Mas..? Sakiitt..?" tangannya tetap mengurut-urut.
Aku tidak menyahut, tetap mendesah. Lalu dia bangun, aku ditelentangkan,
dipandanginya senjata kemaluanku yang tegang. Wajahnya dekat sekali
dengan batang kejantananku. Sampai desah nafasnya terasa di alat
vitalku.
"Bentuknya lucu Mass..!" katanya sambil terus memandangi.
"Ketty pernah lihat Kakak mengedot punya Mas. Rasanya gimana Mass..? Apa enggak jijik ya..?"
"Yaa.., enggak jijik dong. Khan bersih. Rasanya enak sekali..!"
"Ketty boleh coba enggak Mas..?"
"Coba aja. Nanti juga Ketty ketagihan."
"Kalau yang coklat-coklat ini juga enak..?" tanyanya sambil mengelus-elus kedua kantung kemaluanku.
"Pokoknya yang ada disitu semuanya enak. Mangkanya, dicoba dulu..!" pancingku.
Lalu dengan ragu-ragu, dia menjilat kepala kemaluanku. Diam sebentar.
Lalu dijilat lagi. Diam lagi. Lalu batangnya dia jilat. Diam lagi. Lalu
kedua kantung kemaluanku. Diam lagi. Tidak lama kurasakan lidahnya sudah
menelusuri kepala penisku sampai batangnya. Tidak begitu enak. Mungkin
masih adaptasi dulu pikirku.
"Kett.., seperti makan es krim. Bibirnya juga ditempelin, sambil ditekan sedikit..!" kataku.
Ketty mengerti dan melanjutkan perbuatannya.
Dia bukannya menempelkan bibirnya, tetapi malah memasukkan kepala kemaluanku ke mulutnya. Kena giginya.
"Aduuuhh.., sakiiittt..! Jangan kena gigi doong..!"
"Naaahhh.., gituu.., agak dihisap. Ya, yaa.., gituu..!" kataku mengajarkannya.
"Aaahhh.., sshhshhh..," ketika dia mulai menghisap.
"Enaakk Kett..?" kubertanya.
"Enak seperti lolipop, tapi yang ini gede, sama anget." sahutnya sambil memandangi senjataku.
"Ayoo.. lagi doonggg..!" pintaku.
"Masss, dimasukin yuuukk..! Ketty mau ngerasain seperti apa rasanya,
tapi pelan-pelan ya Mass..!" katanya sambil dia tiduran telentang.
Tanpa pikir dua kali, aku bangkit. Kukangkangkan pahanya. Tetapi karena
liang keperawanannya sudah agak kering, maka kujilat-jilat lagi supaya
basah dan memancing gairah nafsunya supaya bangkit kembali. Langsung
kujilat kedele-nya.
"Aaahhh.., Maaasss.., ennaaakkk Maasss..!" desahnya.
Terus kujilati sampai vaginanya benar-benar basah dan nafsunya memuncak
kembali. Supaya cepat, kupelintir-pelintir klit-nya dengan lidahku. Dia
semakin menggelinjang.
"Ahh.., aah... ahh.., sshshhs... Ayoo Mass..! Ayooo..!"
Setelah aku yakin dia sudah sangat terangsang dan kemaluannya sudah
basah, aku hentikan jilatanku. Kubuka lebar-lebar pahanya, kuarahkan
batang keperkasaanku kesana.
"Rileks aja Ket.., jangan tegang. Kalau tegang, nanti sakit. Yaa.., yaa,
santai gitu. Naahhh, begitu..!" saat kurasakan ada sedikit rasa takut
pada dirinya.
Kutekan perlahan sekali agar dia tidak kesakitan. Terlihat kepala
kejantananku berkilat karena ludahnya. Kutekan perlahan, tetapi dengan
tenaga mantap. Kepalanya sudah masuk, dia meringis, menggigit bibir
bawahnya. Aku tahan sebentar. Kudiamkan. Setelah agak tenang, kutarik
sedikit, lalu kutekan lagi dengan perlahan. Masuk lebih dalam.
Sepertiganya mungkin. Wahhh.., sempit sekali. Penisku seperti dijepit
tang.
"Santai aja Ket.., jangan tegang, nanti malah sakitnya nambah.." kataku
saat kurasakan bibir liang senggamanya dengan keras menggigit.
Setelah kurasakan agak mengendur, kutarik sedikit, lalu kudorong
perlahan sekali. Nahh.., sudah setengahnya. Supaya agak lancar,
kuturun-naikkan secara perlahan. Kupandangi wajahnya, kutatap matanya.
Dia menikmati. Aku yakin ini belum menembus selaput daranya.
"Sakit Kett..?"
"Sedikit."
Kugoyang terus sambil kutekan perlahan-lahan. Sudah setengahnya lebih.
Nah.., kepala batang keperkasaanku sudah menyentuh selaput tipis.
"Kett.., tahan sedikit ya..? Ini agak sakit sedikit. Tapi jangan tegang. Nanti sakitnya nambah..!"
Dia hanya menganggukkan kepalanya.
Kusiapkan tenaga, lalu kutekan dengan keras, "Blesss.., preettt..!"
"Aaahhh Masss.., sakkiiittt.. Maasss. Perriihhh..!" katanya sambil berusaha mendorong tubuhku.
Langsung kupeluk dia. Kuciumi wajahnya, dan kucium bibirnya. Dia membalasnya. Aku lepaskan ciumanku dan kubisikkan kata.
"Sakitnya sebentar khaann.., coba rileks, santai..! Supaya sakitnya cepet ilang..!"
Seluruh batang kemaluanku serasa ditekan dari semua arah. Sempit sekali. Kukedutkan penisku.
"Aaahhh Masss..! Jangannn.., masih sakit Mass..!"
Kudiamkan lagi beberapa saat.
Setelah aku yakin sakitnya sudah mereda, kutarik perlahan sekali. Sampai
tinggal kepala batang kejantananku saja yang tertinggal. Lalu kutekan
lagi dengan sangat kuat dan dengan mantap. Aku pun meringis karena
lubangnya sangat sempit. Lebih sempit dari punya Titin dulu. Apa punyaku
yang makin besar. Kulihat dia pun masih meringis-ringis sambil
memejamkan matanya. Kulihat air matanya meleleh di pipinya. Kuulangi
beberapa kali. Setelah dia tidak meringis lagi, kupercepat gerakanku.
Kupertahankan iramanya sampai terasa licin. Licin tetapi menjepit.
Setelah licin, kupercepat gerakanku. Dia sudah bisa menikmatinya.
Berarti rasa sakitnya telah hilang. Kupercepat terus iramaku. Dia
mendesah-desah tidak karuan karena sensasi nikmat yang baru pertama kali
dirasakannya. Kepalanya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Tangannya
meremas sprei tempat tidur.
"Mass.., ooohhh Masss, ennnaaakkk Maasss..! Ooohhh..!"
Kakinya kuangkat, lalu kuletakkan di pundakku. Nah, dengan posisi ini batang keperkasaanku bisa menyentuh ke rahimnya.
Lima menit kemudian, aku hampir tidak tahan.
"Mass.., aaaddduuuhhh Maaasss.., aaahhh.., aaahhh..," desahannya saat kurasakan kedutan-kedutan dari liang senggamanya.
"Udah mau nyampe nih Dia.." pikirku.
Lalu dia menjepit leherku dengan kedua kakinya. Pantatnya dinaikkan,
sehingga batang kejantananku amblas masuk semua, pantatnya
digoyang-goyangkan.
Lalu, "Syuurr.., syuuurrr..," cairan hangat mengguyur kepala kemaluanku.
Aku yang sudah di ujung jalan, mempercepat sodokkanku, karena jalannya jadi becek.
"Mass.., udahhh Masss. Aaaddduuuhhh.., toolllooonnngg.., Maasss..!"
Akhirnya sampai juga aku. Kutekan keras-keras batang kejantananku ke
liang kenikmatannya, kutarik pantatnya dan, "Croot.., croot.., croot..!"
Tiga atau empat kali batang kejantananku memuntahkan cairannya di liang keperawanannya.
Aku langsung lemas. Dan kucabut senjatanku dari luabang surgawinya.
Terlihat lendir putih bercampur darah segar mengalir melalui liang
kemaluannya. Kupeluk dia, kucium pipinya.
"Kett.., Kamu hebat sekali Kett..! Punyamu lebih enak dari punya Kakakmu."
"Aaahh.., Masss..!" sahutnya.
Dia lalu tertidur lemas. Kulirik jam dinding. Jam 6 lewat 5 sore.
Berarti kira-kira satu setengah jam aku memerawanin dia. Pantas saja aku
juga lemas. Kupeluk dia, lalu aku pun tertidur.
Jam 7 kurang 10 aku terbangun. Aku berpakaian, lalu kubangunkan dia. Aku
pamit. Dia pun bangun lalu ke kamar mandi. Itulah kisah pertamaku
dengan Ketty. Sejak saat itu kami sering berhubungan. Biasanya dia suka
mengintip permainanku dan Sara. Lalu dengan alasan aku ke kamar mandi,
aku ke kamarnya. Disana dia sudah siap. Berbugil ria di bawah selimut.
Dia minta jatah. Nafsunya sama besar dengan kakaknya. Dan daya tahannya
luar biasa. Kalau aku tidak meladeni, dia mengancam akan memberitahukan
skandal ini ke ayahnya. Mau tidak mau aku menurutinya. Tetapi siapa yang
bisa menolak..? Ini terjadi berulangkali dan ini tetap menjadi rahasia
kami berdua.
Tetapi pada suatu waktu, saat aku sedang menggumuli Ketty, kakaknya
masuk ke kamar mandi. Dia tidak menjumpaiku disana. Dan mendengar suara
mendesah dari kamar adiknya. Dia marah besar kepadaku dan adiknya. Aku
diusirnya. Dia tidak rela membagi senjataku dengan adiknya. Dan
diaakhirnya memilih bimbingan belajar resmi, yang menyelenggarakan les
privat.
Kabar terakhir yang kudapat dari adiknya, dia sering main dengan guru
bimbingan belajarnya. Selain itu dia juga sering main dengan kawan
sekolahnya. Sedang adiknya Ketty, sekarang jadi lebih sering main
denganku. Tetapi selama kakaknya tidak di rumah. Karena kakaknya sama
sekali tidak mengizinkan dia melampiaskan nafsunya.